Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan berkembang di seluruh
kawasan daerah perantauan Minangkabau. Budaya ini merupakan salah satu dari dua
kebudayaan besar di Indonesia yang sangat menonjol dan berpengaruh. Orang
Minang sangat kuat pegangan adat Minang dan agama Islam.
Budaya Minangkabau yang dapat memengaruhi
dinamika penduduk di daerah Sumatra Barat maupun daerah di Sumatra Barat antara
lain adalah:
A)
Budaya
Matrilineal
Budaya
Matrilineal bersifat keibuan, dengan harta dan tanah pusaka diwariskan menerusi
nasab ibu (dari ibu ke anak perempuan, dst). Budaya ini disebut juga Bundo
Kanduang. Budaya matrilineal terbesar di dunia. Kaum perempuan menguasai
aset ekonomi keluarga, sedangkan kaum lelaki lebih mengurusi urusan agama dan
politik.
Setelah akil baligh, lelaki Minang tidak dapat lagi
tidur di rumah orang tuanya karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum wanita
beserta suami dan anak-anaknya. Budaya matrilineal ini adalah salah satu alasan
yang menyebabkan ramainya kaum lelaki Minang merantau dan mengadu nasib di luar
Sumatra Barat. Budaya ini menyebabkan orang Minang akan terus berusaha memiliki
anak perempuan agar harta dan tanah warisannya tidak terputus.
B) Budaya Rantau
Minangkabau
perantauan adalah orang Minang yang hidup di luar wilayah Sumatera
Barat. Merantau adalah proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia
luar, sebuah petualangan pengalaman dan geografi dengan meninggalkan kampung
halaman untuk mengadu nasih di negeri orang. Hampir separuh orang minang berada
dalam perantauan. Biasanya di kota-kota besar seperti: Jakarta, Bandung, Pekanbaru,
Medan, Batam, Palembang, Surabaya, dsb. Bahkan, etnis Minang terdapat banyak di
luar negeri seperi Malaysia.
Semenjak anak-anak, lelaki Minang sudah diberi ajaran
ilmu agama dan adat Minang yang kuat di Surau. Saat remaja, lelaki Minang sudah
dihimbau agar meninggalkan nagari (kampung) halaman untuk menimba ilmu
dan pengalaman berdagang di luar nagari dengan harapan mereka akan
pulang sebagai orang dewasa yang lebih matang dan bertanggung jawab kepada
keluarga dan nagari. Zaman sekarang, lazim dan sudah banyak wanita
Minang yang merantau karena mengikuti suami, berdagang, pendidikan, dsb.
Beberapa sebab orang Minang merantau antara lain adalah
faktor budaya nenek moyang dan faktor ekonomi.
1)
Faktor Budaya
Nenek Moyang
Orang Minang terkenal akan semangat untuk mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan. Pepatah Nenek Moyang Minang: “Ka Ratau madang di hulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun” (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna).
Orang Minang terkenal akan semangat untuk mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan. Pepatah Nenek Moyang Minang: “Ka Ratau madang di hulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun” (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna).
Pertumbuhan
penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya SDA yang dapat diolah. SDA
yang menjadi pendapatan utama tidak cukup lagi untuk memenuhi keperluan bersama
karena harus dibagi dengan beberapa keluarga.
No comments:
Post a Comment